Oleh: Al Ustadz Abu Muawiyah Askary hafizhahullah
Menunaikan ibadah haji merupakan amalan yang sangat mulia, termasuk bagian dari rukun islam.
Seorang muslim hendaknya menanamkan dalam hatinya untuk menjalankannya dengan penuh keikhlasan semata-mata mengharap ridha Allah ﷻ. Sebab berapa pun materi yang telah kita keluarkan dan tenaga yang telah kita kuras dalam menjalankannya, semua itu tidak ada artinya tanpa dasar ikhlas karena Allah ﷻ
Allah ﷻ berfirman:
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ
البينة [٥]
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”
(QS.Al Bayyinah:5)
Ikhlas merupakan syarat diterimanya amalan. Disaat ada niat lain selain keikhlasan dalam beramal, seperti keinginan untuk memamerkan harta atau ingin mendapatkan pujian dari orang lain atau ingin mendapatkan panggilan sebagai pak haji, bu hajjah, dan yang semisalnya, maka amalan haji yang dilakukan seorang hamba akan menjadi sia-sia belaka dan di hari kiamat kelak amalan itu akan berubah menjadi debu yang beterbangan.
Allah ﷻ berfirman:
وَقَدِمۡنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِنۡ عَمَلٖ فَجَعَلۡنَٰهُ هَبَآءٗ مَّنثُورًا (٢٣)
“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.”
(QS.Al Furqan: 23)
Semoga Allah ﷻ senantiasa membimbing kita semua agar ikhlas dalam menunaikan ibadah yang agung ini.